Thursday, March 02, 2006

Kecelakaan Peziarah Paroki Bintaran


Bus Peziarah Masuk Jurang

Lima orang meninggal dan puluhan luka ringan dan berat dalam peristiwa kevelakaan yang menimpa peziarah dari Paroki Bintaran.

Duka atas tragedi kecelakaan yang menimpa siswa SMK Yapenda di Situbondo yang merenggut 54 jiwa belum lagi berakhir. Hari Minggu tanggal 26 Oktober 2003, seluruh umat Paroki St. Yusup, Bintaran, Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang merasakan duka yang mendalam. Rombongan peziarah dari Paroki St. Yusup Bintaran mengalami kecelakaan di Ponorogo.

Kurang lebih pukul 16.30 WIB bus yang ditumpangi rombongan peziarah masuk jurang sekitar kurang lebih 4 kilometer dari tempat peziarahan Sendang Waluya Jatiningsih, Ponorogo. Tidak hanya umat Paroki Bintaran khususnya lingkungan Brayat Minulya mengalami duka yang mendalam tetapi juga seluruh umat KAS. Hal ini diungkapkan Romo Jarot, Pr, Kepala Paroki Bintaran dalam pembukaan Ekaristi pemberkatan jenazah hari Senin (27/10) di Gereja Bintaran.

Korban yang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut 5 orang. Masing-masing, Yohanes Pulung Sujani (61 tahun), Maria Magdalena Sri Sugati (51), Catarina Heri Antini (51), Theresia Sumarsih Sukarman (58), dan Maria Yuliana Suhadiati (56 tahun). Korban luka-luka 21 orang termasuk sopir bus.

Jenazah korban meninggal dunia tiba di Yogyakarta (Rumah Sakit Panti Rapih) sekitar pukul 07.00, Senin (27/10), kemudian dirawat di rumah sakit tersebut. Sedangkan korban luka-luka dievakuasi dan dirawat di 3 rumah sakit: RSU Ponorogo, RS Aisyah Ponorogo dan RS Darmayu Ponorogo.
Kecelakaan ini terjadi diduga karena sopir kehilangan kendali atas kendaraan sebab medan yang dilalui cukup sulit dan penuh tikungan serta tanjakan yang curam.

Dalam kotbahnya, Pastor Yuventius Fusi N, selaku wakil dari Paroki Ponorogo mengucapkan belasungkawa sebesar-besarnya mewakili umat dan segenap pastor Paroki Ponorogo kepada umat Bintaran dan secara khusus kepada kekuarga korban. Tak lupa pula ia juga menghaturkan banyak terima kasih kepada rumah sakit yang membantu evakuasi korban kecelakaan, secara khusus pula kepada RS Aisyah yang telah merawat korban dengan amat baik. Warga setempat tanpa memikirkan soal agama bahu membahu memberi bantuan dalam evakuasi korban.

Pastor Yuventius menceritakan besarnya iman para korban yang tidak menjadi marah dan mengutuki Tuhan atas peristiwa tersebut. Para korban yang masih sadar dan mendapat luka yang tidak serius justru mengingatkan para imam untuk memberikan komuni dan perminyakan suci kepada korban yang menderita luka yang cukup serius. “Iman yang mendalam sangat jelas terungkap dalam peristiwa tersebut. Bagi kita teladan iman yang besar itu menjadi cermin yang nyata bagi kehidupan kita umat beriman, “ujarnya.

Ekaristi pemberkatan jenazah dipimpin Pastor Jaya Sewaya, Pr, Vikep DIY. Dalam konselebrasi tersebut ada 9 imam yang ikut dalam pemberkatan jenazah. Beberapa imam yang pernah bertugas di Paroki Bintaran hadir sebagai ungkapan belasungkawa yang mendalam. Pemberkatan ini juga dihadiri umat kurang lebih 2000 orang yang memadati seluruh areal gereja yang hanya dapat menampung 800 orang. Hal ini menampakkan duka yang mendalam yang dialami umat paroki ini.
Setelah ekaristi, pihak paroki menyerahkan janazah kepada pihak keluarga untuk disemayamkan di rumah duka dan selanjutnya akan dimakamkan di tempat peristirahatan terakhir sesuai kesepakatan pihak keluarga. (Hidup, 9 November 2003)

Lima Orang Tewas, 18 Lainnya Luka-luka

Lima penumpang bus rombongan peziarah Paroki Bintaran, Yogyakarta, tewas dalam kecelakaan di Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (26/10). Bus yang berisi 26 peziarah itu terbalik di Dusun Biting, Desa Suru, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo, sekitar pukul 15.30.

Dalam kecelakaan itu tiga penumpang tewas seketika, sedangkan dua orang lainnya meninggal di rumah sakit. Tiga penumpang yang tewas di lokasi adalah Ny. Imam Santoso (45), Ny. Sukarman (52), dan Ny. Ninik (45). Dua penumpang lainnya, Ny. Sri Suyantini (40) dan Pulung Sujani (60), meninggal setelah tiba di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ponorogo.

Menurut keterangan yang diperoleh Kompas, sebanyak 18 penumpang lainnya yang menderita luka-luka kini dirawat di tiga rumah sakit, yakni RSUD Ponorogo, RS Darmayu dan RS Aisyah. Sebagian besar penumpang mengalami luka-luka di bagian kepala, di samping beberapa di antaranya patah kaki dan tangan.

Kejadian tragis itu menimpa mikrobus AB 9892 AA asal Yogyakarta yang dikemudikan Buang Harun Sucipto (61). Mikrobus tersebut terguling ketika melewati jalan menurun saat menuju arah Yogyakarta, setelah rombongan berziarah di Sendang Klepu, Sooko.

Rombongan yang berasak dari wilayah Taman Siswa, Mergangsan Kdul dan Nyutran, Yogyakarta, itu menggunakan dua bus, masing-masing berisi 25 dan 26 penumpang. Mereka adalah warga Lingkungan Brayat Minulya, Paroki Bintaran, Yogyakarta.

“Memang benar ada kecelakaan di Sooko. Sejauh ini kemi masih menyelidiki sebab-sebab kecelakaan. Malam ini bangkai bus saya perintahkan diderek”, ujar Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort (Polres) Ponorogo, Ajun Komisaris Dolifar Manurung, Minggu malam.

Kirim tim

Paroki santo Yusuf, Bintaran, Minggu malam langsung mengirim tim yang dipimpin romo parokinya, Jarot Kusno Priono, Pr, untuk menjemput umatnya yang mengalami musibah kecelakaan di Pulung, Biting, Kabupaten Ponorogo.

Itu dilakukan setelah mereka mendapatkan informasi bahwa salah satu di antara dua bus yang ditumpangi umat Gereja Katolik (Paroki) Bintaran, Lingkungan Brayat Minulyo, masuk jurang. Lima penumpangnya tewas dan 18 lainnya luka-luka.

Joko, petugas Paroki Bintaran, semalam menjelaskan kepada Kompas, jenazah lima korban itu diperkirakan baru tiba di Yogyakarta Senin pagi ini. “Romo paroki sudah berangkat untuk menjemput korban, “ ujarnya.

Akan tetapi, dia tak bisa memastikan siapa saja yang tewas di antara anggota rombongan yang berziarah ke Ponorogo itu.

Para korban sampai tadi malam masih berada di RSUD Ponorogo. Menurut rencana, setibanya dari Ponorogo, jenazah kelima korban hari Senin ini akan disemayamkan di Gereja Santo Yusuf, Bintaran, sebelum dimakamkan. (Kompas 27/10/2003).

Lima Peziarah Asal Yogyakarta Tewas

Belum hilang ingatan kita akan Tragedi Paiton yang merengut 54 nyawa rombongan murid SMK Yapemda Sleman, 8 Oktober 2003 lalu, peristiwa serupa terjadi lagi. Kali ini, kecelakaan menimpa rombongan peziarah asal Yogyakarta saat kembali dari sumber suci Bunda Maria di Dusun Klepu, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo, Minggu (26/10) sekitar pukul 15.30 WIB.

Satu dari dua minibus yang dicarter warga Jl. Taman Siswa, Lingkungan Mergangsan Kidul, Yogyakarta, masuk ke jurang di tanjakan Dusun Biting, Desa Suru, Kecamatan Sooko. Akibatnya, lima penumpang tewas, dua luka berat dan 21 lainnya luka ringan.

Korban tewas di tempat kejadian adalah Ny. Imam Santosa, 45, Ny. Sukarman 52 dan Ny. Ninik 45 sedangkan dua korban lainnya meninggal di rumah sakit, yakni Ny. Marwoto, 40 dan Pulung Sujani 60. Mereka semua warga Jl. Taman Siswa, Yogyakarta.

Para korban umumnya menderita luka di bagian kepala akibat terbentur jok kursi bus saat kendaraan berpenumpang 26 orang itu terguling. Para korban yang terluka di rawat di RS Darmayu dan RS Aisyah Ponorogo, sedangkan jenazah korban tewas dibawa ke RSUD Ponorogo.

Para penumpang yang tewas rata-rata duduk di sisi kiri bus. Posisi akhir bus miring kekiri, pintu berada di bawah.

Lani, 42, penumpang bus yang selamat, menuturkan bus yang dikemudikan Buang Harun Sucipto, 61, warga Jl. Taman Siswa itu berjalan tidak terlalu kencang karena kondisi jalan memang menurun. Namun, ketika bus bernopol AB 9892 AA akan melewati tikungan, tiba-tiba kendaraan oleng ke kiri, terguling dan nyungsep ke jurang sedalam sekitar 5 meter.

“Bus sebenarnya berjalan pelan, tetapi tiba-tiba oleng tak terkendali. Saya berusaha berpegangan kua-kuat pada jok bus”, ujar Lani yang duduk di jok paling belakang.

Menurut Lani, rombongan berangkat dari Yogyakarta, Minggu (26/10) sekitar pukul 06.00 WIB. Mereka mencarter dua bus, bus pertama berisi 26 orang dan bus yang satu lagi membawa 25 penumpang. Rata-rata penumpang berusia lanjut.

Bus yang mengalami kecelakaan adalah bus yang berpenumpang 26 orang. Begitu melihat bus di depan mengalami kecelakaan, para penumpang bus di belakangnya, dibantu penduduk setempat, berusaha menolong para korban.

Evakuasi korban dilakukan melalui jendela dan bagian depan bus yang kacanya telah hancur. Proses evakuasi selesai sekitar pukul 19.00 WIB. Bangkai bus hingga berita ini diturunkan masih berada di jurang.

Dikonfirmasi wartawan mengenai hal ini, Kasat Lantas Polres Ponorogo, AKP Dolifar Manurung menyatakan keprihatinannya, apalagi yang mendapat musibah berasal rombongan dari Yogyakarta.
“Kami menyelidiki penyebab kecelakaan. Malam ini bangkai bus saya perintahkan untuk diderek dari lokasi”, ucap Dolifar Manurung, Minggu (26/10) malam.

Ditanya kapan jenazah akan dibawa ke Yogyakarta, Dolifar mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan karena perlu koordinasi dengan RSUD Ponorogo yang merawat jenazah korban tewas. (Surya, 27/10/2003)

Bus Terguling, Lima Tewas

Yogyakarta kembali berduka. Bus yang ditumpangi rombongan Gereja Katolik Bintaran Yogyakarta terguling ke Jurang Biting, Suru, Sooko, Ponorogo, kemarin sekitar pukul 16.00. Korban tewas sebanyak lima orang, sedang belasan penumpang lain mengalami luka-luka.

Dua orang yang tewas di RS Darmayu itu, yakni Pulung Sujani, 60 dan Nn. Ninik, 45. Sedang yang tewas di TKP adalah Ny. Imam Santosa, 45, Ny. Sukarman, 52, Ny. Sri Suyantini, 40. Dua korban lain kondisinya kritis di RS Darmayu, masing-masing korban tewas semalam sudah diberangkatkan ke rumah duka di Yogyakarta.

Informasi yang berhasil dihimpun dari satu dari dua bus pariwisata Semeru yang ditumpangi rombongan berjumlah 50 orang itu terguling ke kiri ketika meniti tikungan di jalanan menurun, persis di bibi Jurang Biting. Para rombongan ini sebenarnya hendak pulang setelah mengunjungi Sendang Maria di Klepu, Sooko.

Dua bus yang dinaiki rombongan GKB itu berjalan beriringan. Bus Semeru Nopol AB 9892 AA yang berada di depan akhirnya menemui nahas. Sisi kiri roda bus diperkirakan melindas pinggir jalan yang terkena erosi.

Tak pelak, bodi kendaraan besar itu langsung miring ke kiri terus tergelincir ke jurang sedalam lima meter. Teriakan dan jeritan sempat terdengar dari mukut penumpang. Histeria ini didengar rombongan penumpang yang naik di bus belakangnya. “Kejadiannya sedemikian cepat”, kata Yos Supriyadi, 60, rombongan di bus yang selamat, kemarin.

Dua penumpang tewas di tempat kejadian, tiga korban yang lain menyusul menemui ajal setelah dilarikan ke RSU Darmayu dan RSU Aisyiyah, RSUD Dr. Sutomo. Menurut Yos, rombongannya berangkat dari Yogyakarta, Minggu pagi sekitar pukul 05.45. Setelah mengunjungi Gua Maria, mereka memutuskan pulang sore hari kemarin. Namun, musibah tak dapat dielakkan.

Sejauh ini, sangat sulit mencari nama dan data korban yang tewas. Baik dari rombongan GKB ataupun pihak kepolisian. Proses evakuasi mayat korban kemarin cukup merepotkan. Petugas Satlantas Polres Ponorogo dibantu warga yang tinggal di sekitar lokasi kecelakaan harus bahu-membahu memberikan pertolongan. Korban luka segera dilarikan ke rumah sakit. Bersamaan dengan itu, jemaat Katolik dari sejumlah Gereja di Ponorogo tampak memberikan simpati.

Suasana duka sangat terasa di dua rumah sakit tempat perawatan para korban. Anggota rombongan yang selamat silih berganti mengirim kabar via telepon ke rumah.

Empat peti mati malam kemarin juga sudah dipersiapkan untuk menyimpan mayat korban kembali ke Yogya. Musibah di Suru ini seakan mengingatkan tragedi kecelakaan di Paiton yang menewaskan 54 siswa, guru dan pemandu wisata dari SMK Yapemda 1 Sleman Yogyakarta beberapa pekan berselang.

Kapolres AKBP Ma’ shum melalui Kasatlantas AKP Dolifar Manurung membenarkan peristiwa kecelakaan tersebut. (Jawa Pos, 27/10/2003)

No comments: